Sabtu, 19 Maret 2011

APAKAH PARA IMAM MENDAPATKAN ILHAM?

Menurut Al-Quran, berkomunikasi dengan malaikat bukanlah sesuatu yang khusus bagi para Nabi dan Rasul. Allah Swt menyebutkan dalam Al-Quran bahwa Maryam (ibunda Nabi Isa as) berkomunikasi dengan malaikat, dan malaikat berbicara dengan Saidah Maryam as. Lihatlah Al-Quran mengenai percakapan Bunda Saidah Maryam as dan para malaikat :

وَإِذْ قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاء الْعَالَمِينَ

Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril)berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengankamu). (QS ALI-IMRAN 42)

يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ

Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. (QS ALI-IMRAN 43)

ذَلِكَ مِنْ أَنبَاء الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيكَ وَمَا كُنتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُون أَقْلاَمَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ

Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka,ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka(untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. ((QS ALI-IMRAN 44)

إِذْ قَالَتِ الْمَلآئِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu(dengan kelahiran seorang putra yang di ciptakan)dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (QS ALI-IMRAN 45)

وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلاً وَمِنَ الصَّالِحِينَ

dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." (QS ALI-IMRAN 46)

قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاء إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (QS ALI-IMRAN 47)

Ada sebuah percakapan yang lengkap antara Saidah Maryam as dan malaikat. Lihatlah beberapa ayat sebelumnya dan sesudahnya dari ayat di atas! Saidah Maryam as bukanlah seorang Nabi atau Rasul dan beliau termasuk wanita yang disucikan oleh Allah seperti yang tercantum pada ayat ke 42 surat di atas. Tetapi, ia dapat berkomunikasi dengan, malaikat. Namun demikian, komunikasi antara Saidah Maryam as dengan malaikat tidak berkaitan dengan syariat agama. Percapakannya tidak ada sangkut paut dengan praktik agama. Tetapi lebih berupa berita tentang apa yang akan terjadi, dan perintah yang harus dilakukan.

Selain itu ada bukti lain dalam Al-Quran yang menceritakan istri Nabi Ibrahim as berkomunikasi dengan malaikat yang membawakannya beita gembira bahwa ia akan mengandung Nabi Ishaq as.

وَلَقَدْ جَاءتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُواْ سَلاَمًا قَالَ سَلاَمٌ فَمَا لَبِثَ أَن جَاء بِعِجْلٍ حَنِيذٍ
فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لاَ تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُواْ لاَ تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمِ لُوطٍ
وَامْرَأَتُهُ قَآئِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَقَ وَمِن وَرَاء إِسْحَقَ يَعْقُوبَ
قَالَتْ يَا وَيْلَتَى أَأَلِدُ وَأَنَاْ عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ
قَالُواْ أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللّهِ رَحْمَتُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَّجِيدٌ


Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami(malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:"Salaman" (Selamat). Ibrahim menjawab: "Salamun"(Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.

Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka,dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata:"Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah(malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Lut."

Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Yakub.

Istrinya berkata: "Sungguh mengherankan,apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.

Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah?(Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."
(QS HUD 69-73)

Bahkan saudara kita dari Ahlulsunnah menyatakan bahwa Imran bin Khuza'i yang merupakan salah satu sahabat Nabi saw dikunjungi oleh malaikat bahkan menyapa mereka, berjabatan tangan dan memandang mereka. Ia hanya ditinggalkan oleh mereka sesaat setelah para malaikat kembali hingga wafatnya.

(Referensi hadis Ahlulsunnah : Shahih Muslim, jilid 4, hal.47-48; Tafsir Shahih Muslim, Nabawi, jilid 8, hal 206 dan oleh Abi dan Sanusi, jilid 3, hal.361; Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 4, hal 427-428; Sunan, Darimi, jilid 2, hal 305; Al-Mustadrak, Hakim, jilid 3, hal 472; Tabaqat, Ibnu Sa'd, jilid 7 bag 1, hal 6; Al-Isti'ab, Ibnu Abdul Barr, jilid 3 hal 1208; Usd al-Ghabah, Ibnu Atsir, jilid 4, hal 138; Jami' al-Ushul, Ibnu Atsir, jilid 7, hal 551; Al-Ishabah, Ibnu Hajar Asqalani, Jilid 3, hal 26-27; Tahdzib at-Tahdzib, Ibnu Hajar Asqalani, jilid 8, hal 126; Fath al-Bari, Ibnu Hajar Asqalani, jilid 12, hal 261; Syarh al-Mawahib, Qastalani, jilid 7, hal 133)

Tidak ada keraguan bahwa Imam 'Ali as adalah Muhaddats yang artinya "Seseorang yang telah di ajak bicara". Tidak hanya Imam 'Ali as, tetapi semua Imam dua belas as, demikian juga dengan Saidah Fathimah Az-Zahra as.

Berdasarkan hadis Ahlulsunnah yang shahih, diriwayatkan Abu Hurairah dan Aisyah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda :

"Di antara umat sebelum kamu terdapat orang-orang yang menjadi muhaddatsun (orang yang dapat mengetahui sesuatu akan terjadi dengan benar, seperti orang-orang yang telah diberi ilham oleh kekuatan Ilahi), dan apabila ada orang-orang seperti itu di antara pengikutku, mereka adalah...."

(Referensi hadis Ahlulsunnah : Shahih Bukhari, hadis 4.675 versi bahasa arab-inggris)

Dalam Shahih Bukhari, diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Di antara bangsa-bangsa sebelummu ada orang-orang yang sering di beri ilham (meskipun mereka bukanlah para Nabi). Dan apabila terdapat orang-orang seperti itu, di antara pengikutku, mereka adalah...."

(Referensi hadis Ahlulsunnah : Shahih Bukhari, hadis 5.38 versi bahasa arab-inggris)

Di riwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw bersabda, "Di antara bangsa Israil yang hidup sebelum kalian, ada orang-orang yang sering mendapat ilham melalui petunjuk, meskipun mereka bukan para Nabi, dan apabila terdapat orang-orang seperti itu, di antara pengikutku, mereka adalah...."

Selain itu diriwayatkan Nabi Muhammad saw bersabda, "Sesungguhnya di antara bangsa-bangsa yang hidup sebelum kalian terdapat orang-orang muhaddatsun dan apabila ada salahs eorang di antara pengikutku, ia adalah...."

Nabi Muhammad saw juga bersabda, "Sesungguhnya di antara bani Israil sebelum kalian terdapat orang-orang yang di ajak berbicara (Rijalun Yukallamun) dan mereka bukan para Rasul dam apabila ada salah satu di antara umatku, ia adalah..."

(catatan : Kami sengaja menghilangkan nama-nama sahabat Nabi Muhammad saw pada hadis di atas karena ke-muhaddasannya tidak diyakini umat Syi'ah. Mengenai pendapat Syi'ah, lihat pada Al-Ghadir, AMini, jilid 5, hal.42-54, jilid 8, hal.90-91. Di sebutkan bahwa menurut penafsiran Ahlulsunnah di atas, Muhaddats disini berarti seseoang yang di beri bisikan ghaib dari Allah, bertemu malaikat, bekomunikasi dengan mereka dan diberitahu tentang berita-berata Ghaib (Jangan samakan dengan ilmu Ghaib yang hanya dimiliki Allah) Mengenai hal-hal yang terjadi saat ini dan yang akan datang, dan para sahabat yang disebutkan pada hadis tersebut memiliki atribut-atribut ini!)

Kesimpulannya adalah bahwa eksistensi Muhaddatsun (orang-orang yang di ajak berkomunikasi) merupakan suatu hal yang dibenarkan oleh semua umat Islam dan bahwa hal ini bukan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran dasar agama Islam. Catatan saudara kita dari Ahlulsunnah di atas juga membenarkan bahwa Muhaddatsun bukanlah para Nabi dan juga mereka tidak membawa syariat (aturan Ilahi) dari Allah Swt kepada umat.

Berikut ini definisi Nabi, Rasul dan Imam. Nabi adalah orang yang menerima syariat. Syariat disini berkaitan dnegan keyakinan (aqaid) atau dengan aktivitas praktis (ibadah). Syariat meliputi urusan kehidupan Nabi dan juga umatnya atau keduanya. Ini adalah definisi dasar dari Nabi, meskipun seorang Nabi juga mungkin diberitahu hal lain. Turunnya syariat ini dapat langsung atau melalui perantara sepeprti malaikat.

Rasul adalah Nabi yang menerima syariat yang berkaitan dengan dirinya dan orang lain selain dirinya. Sedangkan Imam adalah orang yang ditunjuk oelh Allah Swt sebagai pemimpin dan sebagai petunjuk yang kepadanya ketaatan harus kita berikan dan orang-orang harus mengikutinya, kita perhatikan firman Allah berikut:

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ

Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin (aimmah) yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lah merekaselalu menyembah,

Rasul adalah pembawa peringatan dan Imam adalah penunjuk jalan atau cahaya petunjuk, kita simak firman Allah berikut ini:

وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْلآ أُنزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِّن رَّبِّهِ إِنَّمَا أَنتَ مُنذِرٌ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ


Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda(kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. (QS AR-RA'D : 7)

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُواْ بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS AL-AN'AM : 97)

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin (aimmah)yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS AS-SAJDAH : 24)

Selain itu ada bukti bahwa Ibu Nabi Musa as justru menerima wahyu dan bukan ilham, berikut firman Allah dalam Al-Quran :

وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (QS AL-QASAS : 7)

Perhatikanlah teks dalam bahasa arabnya, Alquran menggunakan kata "Wahy" bukan "Ilham", tapi entah mengapa dalam terjemahan versi Depag RI dan terjemahan inggris Yusuf Ali Wahy diterjemahkan menjadi Ilham, Wahy adalah Revelation dan Ilham adalah Inspiration, itu adalah dua hal yang berbeda, bukankah itu sudah menyalahi tata bahasa arab yang sebenarnya?

Terdapat bukti lagi dalam Shahih Bukhari hadis 5.739 bahwa Saidah Fathimah pun berkomunikasi dengan malaikat Jibril as :

"...Wahai Ayah! Kami menyampaikan berita ini (kematianmu) kepada Jibril.'..."

Perhatikan bahwa Saidah Fathimah as menyampaikan berita syahidnya Nabi Muhammad saw kepada malaikat Jibril as.

Dalam hadis Ahlulsunnah lainnya dikatakan bahwa malaikat Jibril as sering mengunjungi (bertamu) Imam Hasan as bin Imam 'Ali bin Abi Thalib as. Di riwayatkan bahwa Imam Hasan Bin 'Ali menyatakan ucapan di bawah ini dalam sebuah khutbah yang ia sampaikan ketika Imam 'Ali Syahid, "Aku berasal dari keluarga Ahlulbait. Keluarga yang malaikat Jibril sering mendatangi kami dan pergi ke surga setelah menemui kami."

(referensi hadis Ahlulsunnah : Ibnu Asakir, sebagaimana yang dikutip dalam tafsir Ad-Durr al-Mantsur)

Ketika Imam Hasan menggunakan istilah "Kami", artinya bahwa bukan hanya Nabi Muhammad saw saja yang sering di datangi malaikat Jibril as. Tentu saja malaikat Jibril as tidak menyampaikan sesuatu dari Al-Quran kepada Imam Hasan. Tetapi hadis Ahlulsunnah di atas menunjukkan bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan malaikat Jibril as.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar