Kamis, 17 Maret 2011

Apakah istri-istri Nabi Muhammad (saw) termasuk ahlul baitnya?

Salah satu alasan saudara kita dari sunni memasukkan Aisyah ke dalam anggota halul bait dikarenakan dia bergelar Ummahatul Mukminin. Namun, mari kita renungkan fakta-fakta berikut ini.

Dalam Shahih Muslim bab keutamaan sahabat, bagian keutamaan 'Ali, edisi 1980 terbitan arab Saudi, versi Arab, jilid 4, halaman 1874 hadis ke 37 Ibnu Hayyan meriwayatkan :

"Kami pergi ke zaid bin Arqam dan berkata kepadanya, 'Kamu telah menemukan kebaikan (sebab kamu memiliki kemuliaan) karena dapat hidup di kalangan sahabat-sahabat Nabi Muhammad saw dan melaksanakan shalat bersama-sama dengan beliau,' (dan bunyi hadis selajutnya sama dengan 3 hadis sebelumnya), tetapi Nabi Muhammad saw berkata, 'Camkanlah! Aku meninggalkan bersama kalian dua barang / perkara yang berat, salah satunya adalah Kitabullah...,' (dan dalam hadis ini kami temukan kata-kata) 'Kami berkata. 'Siapakah Ahlulbait beliau tersebut (yang dimaksudkan oleh Nabi Muhammad saw)? Apakah mereka adalah istri-istri beliau?' Atas pertanyaan tersebut Zaid berkata, 'Tidak, demi Allah! Seorang perempuan hidup bersama dengan seorang pria (sebagai istrinya) untuk sementara waktu. Dia (pria) kemudian (dapat) menceraikannya dan dia (perempuan itu) kemabli kepada orangtua dan kaumnya. Ahlulbait Nabi Muhammad saw adalah garis darah dan keturunan beliau (orang-orang yang berasal dari keturunan beliau) yang dilarang menerima sedekah.'"

Masih dalam Shahih Muslim, bab keutamaan sahabat, bagian keutamaan 'Ali, edisi 1980 terbitan Arab Saudi, versi Arab, jilid 4, halaman 1873, hadis ke 36, Muslim melaporkan bahwa Zaid bin Arqam berkata :

"Aku telah menua dan telah melupakan beberapa hal yang telah aku ingat dalam hubungannya dengan Rasulullah saw. Jadi, terimalah apa saja yang aku riwayatkan padamu, dan terhadap apa yang tidak aku riwayatkan! Janganlah memaksaku untuk melakukannya!"

Zaid kemudian berkata, "Suatu hari Rasulullah saw berdiri dan berkhutbah di sebuah telaga yang dikenal sebagai Khum yang terletak di antara Mekkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, mensucikan-Nya, dan berkhutbah dan mendesak kita seraya mengatakan, 'Kini sampai ke tujuan kita, wahai manusia! Aku adalah seorang manusia. Aku hampir kedatangan menerima kedatangan utusan Tuhanku dan aku harus menjawab panggilan itu. Tetapi aku meninggalkan bersama kalian dua barang yang berat. Salah satunya adalah Kitabullah....Yang kedua adalah anggota rumah tanggaku (Ahlulbait). Demi Allah, aku mengingatkan kalian (akan tugas kalian) terhadap Ahllbaitku! (beliau mengucapkannya tiga kali)'"

Dia (Husein bin Sabra) bertanya kepada Zaid, "Siapakah anggota Ahlulbait beliau? Bukankah istri-istri beliau termasuk Ahlulbait?" Zaid menjawab, "Istri-istri beliau termasuk Ahlulbait, tetapi 'Ahlul' disini adalah orang-orang yang dilarang menerima zakat.'

Dia (Husein bin Sabra) bertanya kembali , 'Siapakah mereka?' Dia kemudian menjawab, 'Ali dan keturunannya, Aqil dan keturunannya, dan keturunan Ja'far dan keturunan Abbas.'
"

Terlihat bahwa pada kalimat hadis yang saya bold bukan kata-kata Nabi Muhammad saw, itu hanyalah pendapat pribadi Zaid bin Arqam. Berlawanan dengan hadis sebelumnya, disini Zaid menyatakan bahwa 'Istri-istri Nabi adalah termasuk diantara Ahlulbait beliau tetapi Ahlulbait di sini adalah (orang-orang yang dilarang menerima zakat)...'Ali dan keturunannya,...dan keturunan abbas.'

Yang jadi pertanyaan adalah : Haruskah kita mengikuti perkataan Nabi Muhammad saw yang menyebutkan dengan rinci siapakah Ahlulbait beliau, atau kita mesti menerima pendapat salah seorang sahabat yang dalam kasus ini, bertentangan dengan pendapat Nabi Muhammad saw?

Di samping itu, sejarah telah mengatakan kepada kita bahwa terdapat banyak tiran / diktator di antara Abbasiyah (keturunan Abbas). Dapatkah kita menaati mereka dan mencintai mereka? Padahal Allah Swt berfirman dalam Quran, Dan janganlah kamu menaati orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka (QS Al-Insan 24).

Apakah para tiran dari kalangan Abbasiyah adalah termasuk Ahlulbait yang diletakkan oleh Rasulullah berdampingan dengan Quran sebagai salah satu dari dua barang berharga yang beliau tinggalkan untuk umat beliau agar mereka menaatinya setelah beliau?

Hal ini menunjukkan bahwa Ahlulbait adalah orang-oang yang khusus dan tidak termasuk di dalamnya kerabat-kerabat Nabi Muhammad saw. Secara kebahasaan, kata 'Ahlulbait' sama seklai tidak mengandung makna kerabat. Kata ini secara kebahasaan berarti orang yang muncul dari darah beliau sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadis Zaid bin Arqam yang pertama. Jadi, bahkan istri-istri Nabi tidak termasuk ke dalam Ahlulbait.

Ketika Nabi dengan jelas tidak memasukkan istri-istri beliau ke dalam Ahlulbait, seperti Aisyah, Ummu Salamah dan Shafiyah juga menegaskan kenyataan ini, dan ketika Zaid bersumpah demi Allah bahwa istri-istri Nabi tidak termasuk ke dalam Ahlulbait , maka tidak ada pilihan lain kecuali menerima kenyataan bahwa istri-istri Rasulullah bukan termasuk anggota Ahlulbait.

Kini kita fokuskan pandangan kalimat terakhir dari hadis Zaid bin Arqam yang pertama : 'Seorang perempuan hidup bersama dengan seorang pria (sebagai istrinya) untuk sementara waktu. Dia (pria) kemudian (dapat) menceraikannya dan dia (perempuan itu) kemabli kepada orangtua dan kaumnya. Ahlulbait Nabi Muhammad saw adalah garis darah dan keturunan beliau (orang-orang yang berasal dari keturunan beliau) yang dilarang menerima sedekah.'

Ini adalah penalaran yang tepat. Hubungan pernikahan antara seorang pria dan perempuan tidak pernah dianggap sebagai permanen. Hubungan itu hanyalah hubungan yang kondisional dan dapat putus setiap saat, sebab seorang istri dapat diceraikan.

Kenyataan bahkan menunjukkan bahwa dua istri Nabi yaitu Aisyah bin Abu Bakar dan Hafshah binti Umar bin Khattab pernah di ancam untuk diceraikan dari Nabi oleh Quran, disebabkan oleh sebuah berita rahasia yang mereka ceritakan kepada orangtua mereka.

Sudah umum diketahui bahwa ayat-ayat berikut ini adalah diturunkan berkenaan tentang perilaku buruk Aisyah dan Hafshah :

Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS At-Tahrim 3)

Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. (QS At-Tahrim 4)

Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (QS At-Tahrim 5)

Ingat! yang mengecam aisyah dan Hafshah adalah Allah Swt sendiri melalui firman-Nya.

========================================================
PENJELASAN SHAHIH BUKHARI ATAS SURAT AT-TAHRIM AYAT 5
========================================================

Pada jilid 6 kitan shahih bukhari edisi arab-inggris, di bab yang berjudul Boleh jadi, jika dia menceraikan kalian, Tuhannya akan..." (At-Tahrim 5), dapat ditemukan hadis-hadis sebagai berikut :

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab, "Istri-istri Nabi karena kecemburuan mereka, saling membantu untuk melawan Nabi, sehingga aku berkata kepada mereka, 'Boleh jadi, jika dia menceraikan kalian, Allah akan memberikannya istri-istri pengganti yang lebih baik dari kalian!' Maka dmeikianlah ayat ini (QS 66:5) di turunkan." (Shahih Bukhari, hadis 6.438, jilid 6, hadis ke 438)

Di riwayatkan dari Ibnu Abbas, "Saya bermaksud bertanya kepada Umar, maka saya katakan, 'Siapakah dua orang perempuan yang mencoba saling membantu dalam menentang Rasulullah?' saya berkata, 'Mereka adalah aisyah dan Hafshah'." (Shahih Bukhari hadis 6.436)

Jika Allah smapai mengancam kedua istri Nabi itu dengan perceraian disebabkan mereka saling membantu dalam menentang Nabi, lalu bagaimana bisa kita menyatakan bahwa mereka adalh suci dan bebas dari dosa (maksum)? Lagipula, hadis beriut ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw meninggalkan Aisyah dan Hafshah selama sebulan penuh sebagai hukuman atas terbongkarnya berita rahasia tersebut :

Di riwayatkan dari Ibnu Abbas: "Saya ingin sekali bertanya kepada Umar bin Khattab tentang dua perempuan di antara istri-istru Nabi yang tentang mereka Allah berfirman, Jika kalian berdua bertobat kepada Allah, maka hati kalian memang telah condong...(QS 66:4), hingga Umar melaksanakan Haji, dan saya juga melaksanakan Haji bersamanya....Lalu saya berkata kepadanya, 'Wahai Amirul Mukminin! Siapakah dua orang perempuan di antara istri-istri Nabi yang tentang mereka Allah berfirman Jika kalian berdua bertobat kepada Allah, maka hati kalian memang telah condong...(QS 66:4)' Dia berkata, 'Saya heran dengan pertanyaanmu itu hai Ibnu Abbas! Mereka adalah Aisyah dan Hafshah.'"

Jdai sangatlah tidak logis jika menyatakan bahwa istri-istri Nabi yang membangkang dan di kecam langsung oleh Allah termasuk dalam Ahlulbait yang disucikan dalam surat Al-Ahzab ayat 33.

2 komentar:

  1. bodok nya jugak ko ni

    BalasHapus
  2. salam .... setuju ! mungkin bisa jadi ibroh bagi saudara2 ahlusunnah, MENGAPA RIWAYAT2 TENTANG SIAPAKAH YANG DIMAKSUD AHLULBAIT INI ADA DI BUKHORI DALAM KITAB (BAB) FADOIL `ALI BIN ABI THOLIB ( KEUTAMAAN ALI BIN ABITHOLIB ) ? KALAU MEMANG SEANDAINYA AHLULBET INI ADALAH ISTERI2 NABI< TENTUNYA BUKHARI AKAN MEMASUKAN RIWAYAT INI KE DALAM FADHAIL UMMU SALAMAH ATAU AISYAH > oya, ini blog ana ; Dustaseputarsyiah.blogspot.com . Mohon kritik dan sarannya .

    BalasHapus