Jumat, 25 Februari 2011

SIFAT-SIFAT ALLAH

Menurut keyakinan Syi'ah, sifat-sifat Allah bisa dimasukkan ke dalam dua kelompok yang berbeda.

Pertama, sifat-sifat yang mewakili Diri-Nya (sifat Zat)

Ke dua
, sifat-sifat yang melambangkan perbuatan-pebuatan-Nya (sifat perbuatan).

Syekh Shaduq berkata :

"Umpamanya kita katakan bahwa Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berilmu, Maha Bijaksana, Maha Kuasa, Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, Maha Satu dan Abadi. Dan ini merupakan kualitas-kulaitas pribadi-Nya. Dan kita tidak mengatakan bahwa Dia sejak dulu menciptakan, melakukan, berniat, puas, tidak puas, memberi rizki, berfirman, karena kualitas-kualitas ini melukiskan pebuatan-Nya, dan mereka itu tidaklah abadi, tidak perlulah mengatakan bahwa Allah melakukan perbuatan-perbuatan ini sejak azali.

Alasan perbedaan ini adalah jelas. Perbuatan-perbuatan membutuhkan suatu obyek. Misalnya, bila kita katakan bahwa Allah memberi rizki sejak awal, maka kita harus mengakui eksistensi obyek yang diberi rizki sejak awal. Dalam madah lain, kita harus mengakui bahwa dunia itu ada sejak azali (sebagaimana Tuhan-pen.). Padahal itu semua bertolak belakang dengan keyakinan bahwa tidak ada sesuatu pun selain Tuhan Yang Abadi." (al-i'taqadat al-imamiyyah oleh Syekh Shaduq. Dengan kata lain, sifat zat berkenaan dengan Diri-Nya sehingga 'ada sejak awal', sementara sifat Perbuatan Tuhan ada ketika dihubungkan dengan obyek (mahluk). Seperti Maha Pemberi Rizki baru ada ketika dikaitkan dengan perbuatan Tuhan yang memberi rizki kepada segenap mahluk-Nya (-penerjemah))

Nyatalah bahwa para ulama sunni tidak memiliki pandangan bening ihwal perbedaan ini sehingga mereka mengatakan bahwa semua sifat-sifat-Nya itu abadi. Inilah alasan sesungguhnya dari keyakinan mereka bahwa Quran sebagai kalam (firman) Allah, adalah abadi dan tidak tercipta (mahluk). Karena mereka mengatakan bahwa Dia mutakallim (berbicara) sejak azali.

Golongan Hanbaliyyah (dinisbatkan kepada imam Ahmad bin Hanbal ra) sedemikian jauh mengatakan, "Bukan saja kata-kata dan makna-makna dari Quran itu abadi, sehingga bacaannya sekalipun tidak tercipta, namun kertas dan jilidnya pun memiliki kualitas-kualitas yang sama."

Dalam naskah imam Abu Hanifah ra suatu pandangan yang lebih moderat di ungkapkan, "Kita mengetahui bahwa Quran adalah kalam Allah, tidak tercipta, ilham-Nya, dan wahyu, bukan Dia, melainkan kualitas-Nya, tertulis dalam salinan-salinan, diucapkan dengan lidah. (Sementara) tinta, kertas, tulisannya adalah diciptakan (mahluk), karena mereka adalah karaya manusia." (revelation and reason in islam oleh A.J Arberry, hal 26-27)

Akan tetapi karena Syi'ah membedakan antara kualitas-kualitas personnya dan perbuatan-perbuatan-Nya, mereka mengatakan, "Keyakinan kami tentang Quran adalah bahwa ia merupakan ucapan Tuhan, dan wahyu-Nya dikirimkan oleh-Nya, dan firman-Nya dan kitab-Nya...Dan bahwa Allah adalah Penciptanya, Pengirimnya, Penjaganya..." (al-i'taqadat al imamiyyah)

Di antara golongan sunni, etlah terjadi perdebatan hebat ihwal topik ini, antara golongan mu'tazilah dan asy'ariyyah. Disini hal tersebut tidak perlu di paparkan lagi.

Sebagian mengklaim bahwa segala sesuatu yang diciptakan mempunyai kekurangan dalamnya dan karena itu Quran pastilah abadi karena ia tanpa kekuarangan. Argumen tersebut tidak berdasar karena kita umat muslimin percaya bahwa para malaikat, sekalipun diciptakan adalah suci dari kekurangan.

Jika tidak, bagaimana kita bisa mempercayai Jibril as ketika ia membawa Quran kepada Nabi Saw? Bagaimana bis anda mempercayai Nabi sendiri? Apakah Allah tidak mampu menciptakan sesuatu yang suci? Karena itu, kita percaya bahwa Quran juga semua benda lainnya di alam semseta adalah diciptakan. Tidak ada sesuatu pun yang abadi kecuali Allah.

Ada sebuah hadis dari Nabi Muhammad Saw yang menyatakan bahwa, "(zaman ketika) Allah ada, dan tidak ada sesuatu pun selain Dia."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar